Jumat, 09 Desember 2016

Inovasi Kegiatan Bimbingan dan Konseling

                                    
A.    Nama Kegiatan
Konselor Sebaya (Peer Counselor)
B.     Tujuan Kegiatan
1.      Membantu layanan BK dalam melakukan pendekatan kepada siswa baru.
2.      Membantu beberapa siswa yang sulit terbuka dengan guru BK dalam menghadapi masalahnya.
3.      Membantu guru BK dalam menuntaskan bimbingan dan konseling.
C.    Sasaran Kegiatan
Sasaran konselor sebaya ditujukan untuk siswa baru yang belum mengenal lingkungan sekolah dan susah terbuka dengan guru BK dengan alasan canggung dan akut kepada guru BK. Kegiatan konselor sebaya ini, menjadikan layanan BK memiliki akses yang lebih mudah dalam mendekati siswa baru. Konselor sebaya dilakukan oleh kelas 2 dalam naungan guru BK.
D.    Metode Kegiatan
1.      Metode diskusi kelompok
Metode ini merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setip siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian akan muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.
2.      Metode konseing eklektif (elekctive counseling)
Metode ini berupaya untuk memberikan bantuan yang diberikan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi antar konselor dan klien), dengan kata lain pemberian bantuan dilakuan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship. Penerapan metode konseing eklektif dalam kegiatan layanan BK adalah dalam keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan konseli (siswa) sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain kenselor memberi kebebasan kepada konseli (siswa) untuk berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja.
E.     Prosedur Pelaksanaan
1.      Guru BK memberikan list siswa yang akan dibimbing oleh konseor sebaya, 1  orang konselor sebaya diberikan tugas maksimal membimbing 10 siswa. Konselor sebaya akan melakukan tugasnya selama 1 tahun.
2.      Konselor sebaya melakukan pertemuan rutin dengan siswa setiap 1 minggu sekali dengan menyajikan materi yang berbeda. Pertemuan tiap minggu waktunya bisa disepakati dalam forum pertemuan. Apabila siswa menginginkan konseling secara pribadi dengan konselor sebaya bisa dilakukan kapan saja dengan kesepakatan kedua belah pihak.
3.      Konselor sebaya akan melakukan laporan pada guru BK setiap 1 bulan sekali. Apabila ada permasalahan dari siswa yang tidak bisa ditangani oleh konselor sebaya maka boleh melakukan pertemuan dengan guru BK untuk melaporkan masalahnya, maka guru BK akan menindaklanjuti
4.      Guru BK dibantu dengan konselor sebaya mengadakan seminar tentang bimbingan dan konseling yang dilakukan 1 tahun sekali, dengan waktu yang fleksibel.
5.      Setelah 1 tahun, maka guru BK akan mengevaluasi apa saja yang terjadi untuk memperbaiki kesalahan yang muncul dalam kurun waktu satu tahun.
F.     Media dan Teknologi yang Digunakan
1.      Papan bimbingan
2.      Angket
3.      Kartu pribadi
4.      Buku bimbingan
5.      Alat komunikasi
G.    Materi Kegiatan
Materi yang dilakukan dalam kegiatan konselor sebaya mencakup berbagai bidang, yaitu:
1.      Bidang pribadi, meliputi upaya pengembangan potensi dan kondisi prilaku siswa yang memerlukan bantuan.
2.      Bidang sosial, meliputi peningkatan dan pengembangan hubungan sosial (relasi, interaksi dan komunikasi) siswa dengan segenap warga sekolah, keluarga dan masyarakat.
3.      Bidang akademik, meliputi pemberian bantuan terhadap siswa yang lambat atau mengalami kesulitan belajar dan siswa yang memperoleh prestasi rendah dalam belajar.
H.    Strategi Kegiatan
1.      Tahap forming.
Pada tahap awal ini konseling lebih difokuskan pada upaya membentuk dan mempersiapkan kelompok yang baru dengan melakuakn pelatihan terlebih dahulu. Sehingga kelompok konselor sebaya yang dilatih oleh konselor ahli mampu mendorong orang lain untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi pikiran-pikiran dan perhatian yang merasakan kegelisahan, kecemasan dan perasaan prustasi.
2.      Tahap transisi.
Pada tahap ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu berisi Storming dan Norming. Pada tahap storming konseling difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan komunikasi interpersonal siswa melalui bimbingan teman sebaya. Adapun aspek-aspek yang dapat meningkatkan komunikasi interpersonal yaitu aspek percaya, sikap suportif dan sikap terbuka. Sedangkan pada tahap norming difokuskan pada pengungkapan ide-ide dari konselor teman sebaya seperti bagaimana cara menyampaikan solusi pada klien, sehingga muncul alternatif bahwa sebaiknya menggunakan gaya dan bahasa yang mereka lakukan sehari-hari.
3.      Tahap performing.
Pada tahap ini proses mereka menyatakan siap dan kompak satu sama lain, maka mulailah mereka membuat kelompok bimbingan konseling dan melakukan kegiatan konseling.
4.      Tahap terminasi.
Tahap terakhir ini merupakan kegiatan evaluasi pengalaman yang didapat, mengungkapkan perasaan-perasaan yang sulit dan pembuatan keputusan yang dilakukan oleh konselor teman sebaya kepada konselor ahli.  
I.       Proses Evaluasi Kegiatan
1.      Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek proses). (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
2.      Mengembangkan atau menyususn instrumen pengumpul data.
Untuk memperoleh data yang diperlukan yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka guru BK perlu menyususn instrumen yang relatif dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman observasi dan studi dokumentasi.
3.      Mengumpulkan dan menganalisis data.
Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang hal apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
4.      Melakukan tindak lanjut (follow up).
Berdasarkan temuan yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu : (1) memperbaiki hal-hal yang dianggap lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.

Kasus Penegakan Tata Tertib di Sekolah (pemotongan rambut siswa)
            kami mengambil satu masalah tengtang permasalah yang baru-baru ini terjadi yaitu masalah orang tua siswa yang marah kepada guru karena telah memotong rambut anaknya dan balik memotong rambut guru tersebut. sangat disayangkan sekali kejadian ini dapat terjadi sampai-sampai dibawa keranah hukum, orang tua dan gurunya sama-sama saling melaporkan kepolisi.
            ini terjadi sebernannya karena perlanggaran siswa sendiri terhadapan tata tertib yang ada disekolah. hampir semua sekolah menerapkan peraturan bahwa siswa sendiri tidak boleh memanjangkan rambutnya.
            pada awal masuk sekolah atau pada masa orientasi siswa baru, biasanya siswa diberi tahu tentang tata tertib dari sekolah tersebut, pada saat memasuki sekolah tersebutpun diadakan perjanjian supaya menatati semua tata tertib dan aturan yang ada di sekolah tersebut.
            Bk sebagai penindak pelanggar tata tertib, harus memberikan arahan kepada para siswa tersebut tengtang alasan kenapa siswa harus mematuhi tata tertib, dan siswa harus menerima konsekuensi bila tidak mematuhi tata tertib tersebut. siswa seharusnya tidak mengadu kepada orang tua karena telah dipotong rambutnya melainkan dia harus menyadari kesalahannya, konsultasi dengan guru BK pun bisa menjadi solusi. guru bk akan memberi arahan tentang kesalahan yang dia berikan. dan sebaiknya guru BK tidak menjadi guru-guru yang merajia siswa-siswa yang melanggar tata tertib seperti memotong rambut tersebut, sehingga kesan guru BK sebagai polisi sekolah tidak akan ada lagi.
Faktor lingkungan yang banyak kita jumpai, anak anak yang tadinya menutup diri ketika berkumpul dengan teman-teman yang sering tidak masuk dia akan ikut-ikutan seperti temannya tersebut. Faktor pergaulannya menjadi hal yang sangat berpengaruh besar terhadap kebiasaan hidup siswa.
Faktor lainnya adalah siswa merasa terusak harga dirinya didepan teman-temanya karena guru memotong rambutnya didepan teman-temannya dan memotongnya sampai popol.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah  dengan menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan perilaku. Sehingga akan dalam beberapa akan terjadi pemberontakan siswa-siswa yang terkena hukuman tersebut, karena merasa adanya aturan untuk dilanggar dan tidak menerima atas hukuman yang dijatuh kepadanya.
Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan.
Guru Bk harus memberikan penjelasan yang tepat kepada siswa tentang pelanggaran yang dia hadapi tapi dengan cara memberi pengertian tentang konsekuensi kepada siswa atas apa yang dia langgar.
Contoh dalam hal ini seperti siswa laki-laki yang memanjangkan rambutnya tidak sesuai dengan batas potongan rambut di sekolahnya, solusinya dia mendapat konsekuensi pertama terkena teguran dan diberi batas waktu untuk memotong rambutnya sendiri, lalu bila masih tetap rambutnya panjang maka guru BK atau guru yang sudah ditunjuk untuk langsung memotong rambutnya disekolah, namun tidak langsung di kelas,di depan teman-temanya sebaiknya siswa-siswa tersebut dipanggil keruangan BK untuk memotongan rambutnya, dan dipotong dengan aturan sesuai dengan kepantasan siswa, tidak sampai hanya memotongnya sebelah dengan potongan sampai habis atau di ppol ini akan sangat mempermalukan siswa dan hal ini yang membuat kemarahan terpendam yang ada di dalam diri siswa tersebut, sehingga terjadi kejadian seperti itu, siswa mengadu kepada orang tuanya dan orang tuanya yang tidak mengerti dengan aturan tersebut bahwa anaknya memang sudah melanggar meluapkannya dengan amar dengan mendatangi gurunya dan balik memotong rambut guru tersebut.
Permasalahan yang awalnya hanya dari hukuman yang tidak seberapa menjadi masalah yang cukup rumit. Disinilah peran guru BK supaya ada konsultasi dengan orang tua siswa supaya tidak terjadi kesalah pahaman seperti itu lagi.
Perbedaan hukuman dan konsekuensi sendiri yaitu :
Hukuman
1.      Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to corrupt”
2.      Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa terlambat pun tidak akan dikunci diluar.
3.      Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya  terutama bagi siswa yang sering melanggar peraturan.
4.      Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar.
5.      Sifatnya selalu berupa ancaman
6.      Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnya memaksa.
Konsekuensi
1.      Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang telah disepakati.
2.      Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.
3.      Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan melahirkan stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk selama-lamanya.
4.      Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan “Rizky potong rambut kamu besok karena sudah panjang”. Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak pada peringkat pertama. Bandingkan dengan datang kekelas dan langsung merajia siswa yang berambut panjang tanpa ada peringatan terlebih dahulu.