A.
Nama Kegiatan
Konselor Sebaya
(Peer Counselor)
B.
Tujuan Kegiatan
1.
Membantu
layanan BK dalam melakukan pendekatan kepada siswa baru.
2.
Membantu
beberapa siswa yang sulit terbuka dengan guru BK dalam menghadapi masalahnya.
3.
Membantu
guru BK dalam menuntaskan bimbingan dan konseling.
C.
Sasaran Kegiatan
Sasaran konselor
sebaya ditujukan untuk siswa baru yang belum mengenal lingkungan sekolah dan
susah terbuka dengan guru BK dengan alasan canggung dan akut kepada guru BK.
Kegiatan konselor sebaya ini, menjadikan layanan BK memiliki akses yang lebih
mudah dalam mendekati siswa baru. Konselor sebaya dilakukan oleh kelas 2 dalam
naungan guru BK.
D.
Metode Kegiatan
1.
Metode
diskusi kelompok
Metode ini
merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama. Setip siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan
pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian akan
muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.
2.
Metode
konseing eklektif (elekctive counseling)
Metode ini berupaya
untuk memberikan bantuan yang diberikan secara individual dan langsung bertatap
muka (berkomunikasi antar konselor dan klien), dengan kata lain pemberian
bantuan dilakuan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship.
Penerapan metode konseing eklektif dalam kegiatan layanan BK adalah dalam
keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan konseli (siswa) sesuai
dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain kenselor memberi kebebasan
kepada konseli (siswa) untuk berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja.
E.
Prosedur Pelaksanaan
1.
Guru
BK memberikan list siswa yang akan dibimbing oleh konseor sebaya, 1 orang konselor sebaya diberikan tugas maksimal
membimbing 10 siswa. Konselor sebaya akan melakukan tugasnya selama 1 tahun.
2.
Konselor
sebaya melakukan pertemuan rutin dengan siswa setiap 1 minggu sekali dengan
menyajikan materi yang berbeda. Pertemuan tiap minggu waktunya bisa disepakati
dalam forum pertemuan. Apabila siswa menginginkan konseling secara pribadi
dengan konselor sebaya bisa dilakukan kapan saja dengan kesepakatan kedua belah
pihak.
3.
Konselor
sebaya akan melakukan laporan pada guru BK setiap 1 bulan sekali. Apabila ada
permasalahan dari siswa yang tidak bisa ditangani oleh konselor sebaya maka
boleh melakukan pertemuan dengan guru BK untuk melaporkan masalahnya, maka guru
BK akan menindaklanjuti
4.
Guru
BK dibantu dengan konselor sebaya mengadakan seminar tentang bimbingan dan
konseling yang dilakukan 1 tahun sekali, dengan waktu yang fleksibel.
5.
Setelah
1 tahun, maka guru BK akan mengevaluasi apa saja yang terjadi untuk memperbaiki
kesalahan yang muncul dalam kurun waktu satu tahun.
F.
Media dan Teknologi yang Digunakan
1.
Papan
bimbingan
2.
Angket
3.
Kartu
pribadi
4.
Buku
bimbingan
5.
Alat
komunikasi
G.
Materi Kegiatan
Materi yang
dilakukan dalam kegiatan konselor sebaya mencakup berbagai bidang, yaitu:
1.
Bidang
pribadi, meliputi upaya pengembangan potensi dan kondisi prilaku siswa yang
memerlukan bantuan.
2.
Bidang
sosial, meliputi peningkatan dan pengembangan hubungan sosial (relasi,
interaksi dan komunikasi) siswa dengan segenap warga sekolah, keluarga dan
masyarakat.
3.
Bidang
akademik, meliputi pemberian bantuan terhadap siswa yang lambat atau mengalami
kesulitan belajar dan siswa yang memperoleh prestasi rendah dalam belajar.
H.
Strategi Kegiatan
1.
Tahap
forming.
Pada tahap awal
ini konseling lebih difokuskan pada upaya membentuk dan mempersiapkan kelompok
yang baru dengan melakuakn pelatihan terlebih dahulu. Sehingga kelompok konselor
sebaya yang dilatih oleh konselor ahli mampu mendorong orang lain untuk
mengekspresikan dan mengeksplorasi pikiran-pikiran dan perhatian yang merasakan
kegelisahan, kecemasan dan perasaan prustasi.
2.
Tahap
transisi.
Pada tahap ini
dibagi menjadi 2 tahap yaitu berisi Storming
dan Norming. Pada tahap storming
konseling difokuskan pada upaya-upaya meningkatkan komunikasi interpersonal
siswa melalui bimbingan teman sebaya. Adapun aspek-aspek yang dapat
meningkatkan komunikasi interpersonal yaitu aspek percaya, sikap suportif dan
sikap terbuka. Sedangkan pada tahap norming difokuskan pada pengungkapan
ide-ide dari konselor teman sebaya seperti bagaimana cara menyampaikan solusi
pada klien, sehingga muncul alternatif bahwa sebaiknya menggunakan gaya dan
bahasa yang mereka lakukan sehari-hari.
3.
Tahap
performing.
Pada tahap ini
proses mereka menyatakan siap dan kompak satu sama lain, maka mulailah mereka
membuat kelompok bimbingan konseling dan melakukan kegiatan konseling.
4.
Tahap
terminasi.
Tahap terakhir
ini merupakan kegiatan evaluasi pengalaman yang didapat, mengungkapkan perasaan-perasaan
yang sulit dan pembuatan keputusan yang dilakukan oleh konselor teman sebaya
kepada konselor ahli.
I.
Proses Evaluasi Kegiatan
1.
Merumuskan
masalah atau beberapa pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan
itu pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1)
tingkat keterlaksanaan program (aspek
proses). (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
2.
Mengembangkan
atau menyususn instrumen pengumpul data.
Untuk memperoleh
data yang diperlukan yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian
program, maka guru BK perlu menyususn instrumen yang relatif dengan kedua aspek
tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara,
pedoman observasi, pedoman observasi dan studi dokumentasi.
3.
Mengumpulkan
dan menganalisis data.
Setelah data
diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang hal apa saja yang
telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum
tercapai.
4.
Melakukan
tindak lanjut (follow up).
Berdasarkan
temuan yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut.
Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu : (1) memperbaiki hal-hal yang
dianggap lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai. (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa
hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
Kasus
Penegakan Tata Tertib di Sekolah (pemotongan rambut siswa)
kami mengambil
satu masalah tengtang permasalah yang baru-baru ini terjadi yaitu masalah orang
tua siswa yang marah kepada guru karena telah memotong rambut anaknya dan balik
memotong rambut guru tersebut. sangat disayangkan sekali kejadian ini dapat terjadi
sampai-sampai dibawa keranah hukum, orang tua dan gurunya sama-sama saling
melaporkan kepolisi.
ini terjadi
sebernannya karena perlanggaran siswa sendiri terhadapan tata tertib yang ada
disekolah. hampir semua sekolah menerapkan peraturan bahwa siswa sendiri tidak
boleh memanjangkan rambutnya.
pada awal masuk
sekolah atau pada masa orientasi siswa baru, biasanya siswa diberi tahu tentang
tata tertib dari sekolah tersebut, pada saat memasuki sekolah tersebutpun
diadakan perjanjian supaya menatati semua tata tertib dan aturan yang ada di
sekolah tersebut.
Bk sebagai
penindak pelanggar tata tertib, harus memberikan arahan kepada para siswa
tersebut tengtang alasan kenapa siswa harus mematuhi tata tertib, dan siswa
harus menerima konsekuensi bila tidak mematuhi tata tertib tersebut. siswa
seharusnya tidak mengadu kepada orang tua karena telah dipotong rambutnya
melainkan dia harus menyadari kesalahannya, konsultasi dengan guru BK pun bisa
menjadi solusi. guru bk akan memberi arahan tentang kesalahan yang dia berikan.
dan sebaiknya guru BK tidak menjadi guru-guru yang merajia siswa-siswa yang
melanggar tata tertib seperti memotong rambut tersebut, sehingga kesan guru BK
sebagai polisi sekolah tidak akan ada lagi.
Faktor lingkungan yang banyak kita jumpai, anak anak
yang tadinya menutup diri ketika berkumpul dengan teman-teman yang sering tidak
masuk dia akan ikut-ikutan seperti temannya tersebut. Faktor pergaulannya
menjadi hal yang sangat berpengaruh besar terhadap kebiasaan hidup siswa.
Faktor lainnya adalah siswa merasa terusak harga
dirinya didepan teman-temanya karena guru memotong rambutnya didepan
teman-temannya dan memotongnya sampai popol.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan
disiplin di sekolah dengan menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak
saling berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan
membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena
lahirnya kesadar an akan perbaikan perilaku. Sehingga akan dalam beberapa akan
terjadi pemberontakan siswa-siswa yang terkena hukuman tersebut, karena merasa
adanya aturan untuk dilanggar dan tidak menerima atas hukuman yang dijatuh kepadanya.
Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan
menghukum . Jalan tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan
siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan
tanggung jawab seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan.
Guru Bk harus memberikan penjelasan yang tepat kepada
siswa tentang pelanggaran yang dia hadapi tapi dengan cara memberi pengertian
tentang konsekuensi kepada siswa atas apa yang dia langgar.
Contoh dalam hal ini seperti siswa laki-laki yang
memanjangkan rambutnya tidak sesuai dengan batas potongan rambut di sekolahnya,
solusinya dia mendapat konsekuensi pertama terkena teguran dan diberi batas
waktu untuk memotong rambutnya sendiri, lalu bila masih tetap rambutnya panjang
maka guru BK atau guru yang sudah ditunjuk untuk langsung memotong rambutnya
disekolah, namun tidak langsung di kelas,di depan teman-temanya sebaiknya
siswa-siswa tersebut dipanggil keruangan BK untuk memotongan rambutnya, dan
dipotong dengan aturan sesuai dengan kepantasan siswa, tidak sampai hanya
memotongnya sebelah dengan potongan sampai habis atau di ppol ini akan sangat
mempermalukan siswa dan hal ini yang membuat kemarahan terpendam yang ada di
dalam diri siswa tersebut, sehingga terjadi kejadian seperti itu, siswa mengadu
kepada orang tuanya dan orang tuanya yang tidak mengerti dengan aturan tersebut
bahwa anaknya memang sudah melanggar meluapkannya dengan amar dengan mendatangi
gurunya dan balik memotong rambut guru tersebut.
Permasalahan yang awalnya hanya dari hukuman yang
tidak seberapa menjadi masalah yang cukup rumit. Disinilah peran guru BK supaya
ada konsultasi dengan orang tua siswa supaya tidak terjadi kesalah pahaman
seperti itu lagi.
Perbedaan hukuman dan konsekuensi sendiri yaitu :
Hukuman
1. Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak
berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to
corrupt”
2. Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa
terlambat pun tidak akan dikunci diluar.
3. Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang
sering melanggar peraturan.
4. Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar.
5. Sifatnya selalu berupa ancaman
6. Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi
sifatnya memaksa.
Konsekuensi
1. Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang
telah disepakati.
2. Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.
3. Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan melahirkan
stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk
selama-lamanya.
4. Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan
“Rizky potong rambut kamu besok karena sudah panjang”. Dengan demikian anda
menempatkan harga diri anak pada peringkat pertama. Bandingkan dengan datang
kekelas dan langsung merajia siswa yang berambut panjang tanpa ada peringatan
terlebih dahulu.
Welcome to Planet Hollywood Resort & Casino - JamBase
BalasHapusPlanet Hollywood Resort & Casino 서울특별 출장안마 in Robinsonville, Mississippi, offers a 하남 출장안마 state of the art 대전광역 출장안마 casino, plus a unique nightlife experience. 군포 출장마사지 Book your stay at 의정부 출장샵 Planet Hollywood